KARONESIA.COM | Jakarta – Vatikan memasuki babak baru dalam sejarahnya dengan terpilihnya Paus Leo XIV, pemimpin Gereja Katolik ke-267 yang membawa banyak catatan pertama. Dikenal sebelumnya sebagai Robert Francis Prevost, sosok asal Chicago ini bukan hanya menjadi Paus pertama dari Ordo Augustinian, tetapi juga merupakan Paus kedua yang berasal dari benua Amerika, setelah Paus Fransiskus. Namun, kali ini Amerika bagian utara menjadi asal usul sang Paus, menandai keluasan representasi geografis dalam kepemimpinan tertinggi Gereja Katolik.
Latar belakang multikultural Paus Leo XIV membentuk karakter terbuka yang berpadu dengan kedalaman spiritualitas Ordo Augustinian. Ayahnya berdarah Prancis-Italia, sementara sang ibu memiliki akar keturunan Spanyol. Kombinasi ini tidak hanya memperkaya identitas personalnya, tetapi juga memberi dimensi global pada pendekatannya dalam memimpin umat Katolik di seluruh dunia.
Perjalanan rohani dan pelayanannya membentang dari ruang akademik ke medan misi. Setelah menyelesaikan pendidikan di Universitas Villanova dan Catholic Theological Union, Prevost menempuh studi lanjutan Hukum Kanonik di Roma. Tahun 1985 menjadi titik balik ketika ia diutus ke Peru, negara yang menjadi ladang misinya selama lebih dari satu dekade. Ia tak hanya berkarya sebagai pastor dan pengajar, namun juga menjadi pemimpin formasi seminari, menjawab kebutuhan Gereja akan pemimpin lokal yang tangguh.
Dedikasinya di lapangan membuatnya dipercaya memimpin Ordo Augustinian sebagai Prior Jenderal selama dua periode. Kepemimpinan itu menjadi bekal ketika Vatikan memintanya menjalankan tugas sebagai Administrator Apostolik di Chiclayo dan kemudian menjadi Uskup di wilayah yang sama. Langkah-langkah tersebut memperkuat jejaknya sebagai gembala yang berakar di tengah umat, namun mampu menjawab tantangan global Gereja.
Kedekatan Paus Leo XIV dengan Paus Fransiskus turut mempertegas kepercayaan yang dibangun selama bertahun-tahun. Ia dilibatkan dalam berbagai dikasteri strategis, termasuk Evangelisasi, Ajaran Iman, dan Gereja-Gereja Timur. Ketika ditunjuk sebagai Prefek Dikasteri untuk Para Uskup serta Presiden Komisi Kepausan untuk Amerika Latin, tampak jelas bahwa ia disiapkan untuk peran yang lebih besar. Penunjukannya sebagai Kardinal dalam Konsistori 30 September 2024 dan kemudian dalam Ordo Para Uskup awal 2025 menjadi penanda peningkatan signifikan dalam hierarki Vatikan.
Memasuki masa awal pontifikat, Paus Leo XIV memilih untuk tidak tergesa. Dalam pernyataannya yang disampaikan melalui Kantor Pers Vatikan, ia menyampaikan keinginannya untuk mengambil waktu refleksi sebelum melakukan penunjukan baru di Kuria. Pendekatan yang tenang namun tegas ini mencerminkan gaya kepemimpinannya—berakar pada permenungan dan dialog, bukan sekadar kebijakan cepat.
Momentum penting akan terjadi dalam beberapa pekan mendatang. Paus dijadwalkan bertemu para Kardinal pada 10 Mei, menyapa umat melalui doa Regina Caeli dari Basilika Santo Petrus pada 11 Mei, dan memimpin Misa inaugurasi pada 18 Mei sebagai simbol resmi awal masa pontifikat.
Keputusan Gereja untuk memilih figur dengan pengalaman akar rumput dan wawasan lintas benua ini tampaknya mencerminkan kebutuhan akan pemimpin yang tidak hanya memahami dinamika spiritual umat, tetapi juga tantangan sosial dan budaya yang terus berubah. Dengan latar belakang yang kaya dan pendekatan reflektif, Paus Leo XIV dipandang membawa harapan akan Gereja yang lebih mendengar, terbuka, dan relevan di tengah arus zaman. (#)
Editor: Tim Redaksi
Copyright © KARONESIA 2025