TANGERANG SELATAN (KARONESIA.COM) – Krisis sampah yang semakin parah di Tangerang Selatan (Tangsel) memerlukan solusi cepat dan efektif. Dengan produksi sampah mencapai seribu ton per hari, sebagian besar sampah tersebut masih belum dikelola dengan baik, mengancam kelestarian lingkungan dan kesehatan masyarakat.
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang yang menjadi satu-satunya lokasi penampungan sampah sering mengalami kelebihan kapasitas, memperburuk dampak lingkungan di sekitarnya.
Data terbaru menunjukkan bahwa mayoritas sampah yang dihasilkan di Tangsel terdiri dari sampah organik, plastik, dan limbah rumah tangga. Tanpa pengelolaan yang tepat, sampah ini dapat menghasilkan gas metana yang berpotensi memperburuk pemanasan global. Hal ini membuat pengelolaan sampah menjadi perhatian utama bagi pemerintah dan masyarakat setempat.
PLTSa Modular: Solusi Tepat untuk Tangsel
Untuk mengatasi masalah ini, salah satu solusi yang dinilai efektif adalah penerapan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) skala kecil atau modular. Teknologi ini memungkinkan sampah yang dihasilkan diolah langsung di lokasi sumbernya, tanpa memerlukan lahan yang luas. Melalui proses insinerasi yang canggih, sampah diubah menjadi energi listrik yang tidak hanya mengurangi volume sampah secara signifikan, tetapi juga menyediakan energi terbarukan yang dibutuhkan masyarakat.
PLTSa modular ini sangat relevan dengan kondisi Tangsel yang terbatas lahan. Teknologi ini juga dapat diterapkan di kawasan strategis seperti pasar atau area industri, memungkinkan sampah diolah langsung di tempat, tanpa perlu pengangkutan jauh-jauh ke lokasi TPA.
Kesadaran Masyarakat Jadi Kunci Keberhasilan
Sejumlah warga Tangsel menyatakan bahwa kesadaran masyarakat dalam memilah sampah menjadi kunci utama dalam mengurangi tumpukan sampah yang masuk ke TPA. “Jika setiap keluarga bisa memilah sampah dengan baik, maka volume sampah yang sampai ke TPA bisa berkurang drastis,” ujar salah seorang penggerak program bank sampah di Tangsel.
Penerapan PLTSa modular diharapkan dapat menjadi salah satu solusi jangka panjang dalam pengelolaan sampah di Tangsel. Selain itu, pemerintah juga terus mendorong penggunaan teknologi lain, seperti Refuse Derived Fuel (RDF) dan biokonversi BSF, yang bisa mengubah sampah menjadi bahan bakar alternatif atau pakan ternak.
Menuju Kota Berkelanjutan
Jika langkah-langkah ini diterapkan secara konsisten, Tangsel memiliki peluang untuk menjadi kota berkelanjutan yang dapat mengubah tumpukan sampah menjadi energi dan produk bernilai tinggi. Dengan dukungan penuh dari pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, Tangsel dapat menjadi contoh bagi kota-kota lain dalam pengelolaan sampah yang lebih efektif dan ramah lingkungan.
Keberhasilan pengelolaan sampah ini akan menjadi langkah besar bagi Tangsel dalam mewujudkan masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan. Dengan memanfaatkan berbagai teknologi inovatif seperti PLTSa, RDF, dan biokonversi BSF, Tangsel berpotensi menjadi pelopor dalam pengelolaan sampah yang ramah lingkungan dan efisien. (@2025)
Tinggalkan Balasan