YOGYAKARTA, KARONESIA.com – Petani Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta bersyukur karena mulai masuk masa panen padi tahun 2024. Panen bulan Februari-Maret tercatat seluas 16.486 hektar, dimana pada bulan Februari seluas 4.847 hektar dan Maret 11.638 hektar. Rata-rata beberapa daerah di DIY melakukan panen pada bulan Januari yang di prediksi akan berlangsung hingga bulan April mendatang.
Seperti halnya di Kabupaten Gunungkidul akan melangsungkan panen seluas 8.645 hektare pada bulan Februari seluas 1.374 hektar dan Maret 7.271 hektar.
Terkait itu, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunungkidul, Rismiyadi melakukan peninjauan langsung di beberapa lokasi yang sedang melakukan panen, di kelompok tani Tani Rukun, Seladi, Umbulrejo, Ponjong.
Rismiyadi mengatakan panen padi di Kabupaten Gunungkidul telah dimulai dengan hasil yang cukup bagus, ditengah musim yang kurang bersahabat atau tidak menentu.
“Tentunya saya sangat mengapresiasi jerih payah para petani yang terus bersemangat menanam padi meskipun ditengah kesulitan yang ada” Ujar Rismiyadi.
“Total pertanaman padi di Gunungkidul pada musim tanam pertama baik di lahan sawah maupun lahan kering mencapai 47.509 Ha dengan rincian tanam di Nopember 2023 seluas 9.412 ha, tanam di Desember 2023 seluas 11.566 ha dan tanam di Januari mencapai 26.631 Ha dengan padi bantuan pemerintah mencapai 2.000 ha dan sisanya swadaya” Rismiyadi menambahkan.
Sementara itu, Ngatimin Ketua poktan tani Rukun menjelaskan hasil ubinan panen saat ini mencapai 5,275 kg per ubin , jika dikonversikan mencapai 6,8 ton Gabah Kering Giling (GKG) per hektar dengan varietas padi Ciherang .
“Luas hamparan yang siap panen di poktan mencapai 25 hektar mulai hari ini hingga akhir bulan, sedang varietas yang ada antara lain Ciherang, Mapan 05, Supadi dan Intani. Hasil panennya sangat bagus dan saya berharap kedepannya bisa stabil baik dari hasil panen maupun harganya” kata Katimin
Pada kesempatan lain, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi, menyoroti beberapa tantangan serius yang dihadapai saat musim tanam padi. Utamanya ketersediaan air.
Untuk mengatasi itu Suwandi menganjurkan kepada petani pemilik lahan dan bagi lokasi yang sesuai layak, agar membuat sumur dangkal maupun sumur submersible guna memasok air, sedangkan untuk hamparan yang dekat sungai dapat dilakukan pompanisasi dan selang maupun pipa.
”Sumur submersible ini efektif mensolusi air di lokasi lahan dan lahan kering, ada banyak lokasi lahan cukup dengan sumur dangkal, pompa air sungai dengan penggerak dinamo, sehingga sangat efisien energinya bersumber dari tenaga listrik, dinas pertanian kabupaten agar bekerja sama dengan PLN setempat, dengan payungnya sudah ada MoU Kementan dengan PLN,” terangnya.
“Dengan tersedianya air pastinya akan berpengaruh terhadap indeks pertanaman, yang tadinya IP 100 bisa menjadi IP 200, kemudian yang tadinya IP 200 bisa menjadi IP 300 bahkan di beberapa daerah sudah ada yang IP 400 yang kemudian akan meningkatkan produksi dan pendapatan petani” jelas Suwandi. (@2024/lingga)