KARONESIA.COM | Jakarta- Donald Trump kembali menerima Benjamin Netanyahu di Gedung Putih untuk kedua kalinya dalam sehari. Pertemuan diam-diam ini terjadi saat tekanan internasional meningkat agar Israel dan Hamas mencapai kesepakatan gencatan senjata di Gaza.
Pertemuan yang berlangsung Selasa malam itu digelar tanpa kehadiran media dan hanya berlangsung lebih dari satu jam. Ini menyusul pertemuan makan malam pada hari sebelumnya. Keduanya dikabarkan membahas Gaza sebagai topik utama. “Kita harus menyelesaikannya. Gaza adalah tragedi. Dia ingin menyelesaikannya, saya juga. Dan saya pikir pihak lain juga demikian,” kata Trump.
Namun, isi pembicaraan tetap tertutup rapat. Al Jazeera melaporkan, “Sangat sedikit informasi keluar dari pembicaraan terbaru, jadi sulit untuk memastikan dengan tepat apa yang terjadi,” ujar jurnalis Mike Hanna dari Washington, DC. Ia menambahkan, “Fakta bahwa pertemuan itu begitu tertutup, tidak ada penjelasan resmi, dan berlangsung singkat—semua itu bisa mengindikasikan hambatan serius yang mengganggu optimisme kedua pemimpin.”
Sementara itu, utusan khusus Trump untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, menyatakan kesepakatan hampir tercapai. Ia menyebut tinggal satu dari empat isu krusial yang belum disepakati. “Kami berharap bahwa pada akhir minggu ini, kami akan mencapai kesepakatan yang akan membawa kami ke gencatan senjata selama 60 hari,” kata Witkoff kepada wartawan. Sepuluh sandera hidup dan sembilan jenazah disebut akan dibebaskan.
Namun, Netanyahu memberikan sinyal sebaliknya. Ia menegaskan bahwa kampanye militer Israel belum selesai. “Kami masih harus menyelesaikan pekerjaan di Gaza, membebaskan semua sandera kami, dan menghancurkan kemampuan militer serta pemerintahan Hamas,” ucapnya saat memimpin rapat bersama ketua DPR AS.
Dari Yordania, koresponden Al Jazeera Nour Odeh melaporkan bahwa media Israel menyebut Netanyahu berada dalam “tekanan ekstrem dari Trump” untuk menyetujui kesepakatan. Namun, Witkoff dikabarkan menunda perjalanan ke Doha, mengindikasikan masih ada kebuntuan besar. “Masalah yang masih mengganjal adalah ke mana pasukan Israel akan dikerahkan setelah kesepakatan,” ujar Odeh.
Rencana Israel untuk mempertahankan kendali penuh atas Rafah di Gaza Selatan juga terungkap. Israel berencana membangun kota tenda besar sebagai pusat konsentrasi warga, membatasi keluar-masuk, dan mengendalikan pergerakan penduduk. Menurut Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, sekitar 600.000 warga Palestina akan dipindahkan secara paksa ke tenda-tenda itu.
Rencana ini langsung menuai kritik keras. Peneliti Quincy Institute, Annelle Sheline, menyebutnya sebagai “kamp konsentrasi.” Ia menyebut bahwa pemerintahan Trump tidak akan menghentikan rencana itu. “Washington memiliki pengaruh, tapi kita tahu orang-orang di sekitar Trump cenderung menjilat dan tak berani menentangnya,” ujarnya dikutip dari Al Jazeera.
Saat ditanya apakah mendukung relokasi warga Gaza secara paksa, Trump menjawab singkat, “Tanya Netanyahu.” Sikap ini memicu kekhawatiran keterlibatan AS dalam pelanggaran hukum internasional. “Ini bukan hanya kejahatan kemanusiaan, tapi juga keterlibatan aktif dalam genosida,” tegas Sheline.
Trump bahkan ikut campur dalam urusan domestik Israel, mengecam jaksa dalam kasus korupsi Netanyahu. Sebaliknya, Netanyahu memuji Trump sebagai pemimpin yang mempererat hubungan bilateral, bahkan menominasikannya untuk Hadiah Nobel Perdamaian.
Sementara itu, situasi di Gaza memburuk. Data PBB menunjukkan lebih dari 57.575 warga Palestina tewas dan 136.879 luka-luka sejak Oktober 2023. Sekitar setengah juta menghadapi kelaparan, dan dua juta lebih telah mengungsi. Di pihak Israel, 1.139 orang tewas dan lebih dari 200 disandera dalam serangan Hamas. Sekitar 50 tawanan masih ditahan, dengan 20 di antaranya diyakini masih hidup.
Dunia menanti apakah pertemuan tertutup antara Trump dan Netanyahu akan menghasilkan solusi konkret, atau hanya menambah panjang daftar pertemuan tanpa hasil.
Editor: tim redaksi
Copyright © KARONESIA 2025
Link: https://karonesia.com/internasional/trump-dan-netanyahu-bertemu-bahas-gencatan-senjata-di-gaza/