Gencatan Senjata Masih Buntu, Gaza Terus Dilanda Serangan

“Permintaan pelucutan senjata bukan garis merah, ini sejuta garis merah,” — Sami Abu Zuhri

KARONESIACom._20250416_000905_000

insert.Pejuang Hamas berjaga di Gaza dengan latar bendera Palestina.

Avatar Adm

Karonesia.com | Editor: Tim Redaksi
Copyright © KARONESIA 2025

Jakarta (KARONESIA.COM) – Upaya negosiasi gencatan senjata antara Israel dan Hamas kembali menemui jalan buntu setelah Israel menyodorkan proposal terbaru yang mencantumkan tuntutan pelucutan senjata sebagai syarat utama. Proposal yang dititipkan melalui mediator Mesir dan Qatar itu menawarkan jeda serangan selama 45 hari, dengan imbalan pembebasan 11 tawanan Israel yang masih ditahan di Gaza.

Namun, Hamas menolak secara tegas permintaan tersebut. Melalui pernyataan resmi, kelompok itu menyebut tengah mengkaji isi proposal dan akan memberikan respons secepatnya. Pernyataan yang lebih eksplisit disampaikan pejabat senior Hamas, Sami Abu Zuhri, yang menegaskan bahwa permintaan pelucutan senjata tidak bisa diterima dalam bentuk apapun.

“Permintaan melucuti senjata Hamas bukan sekadar garis merah, ini sejuta garis merah,” ujar Abu Zuhri, seperti dikutip Al Jazeera. Ia menambahkan, selama pendudukan masih berlangsung, perlawanan akan terus berlanjut.

Sikap keras Hamas bukan tanpa alasan. Sebelumnya, Israel secara terbuka mengumumkan rencana pemindahan paksa warga Palestina dari Jalur Gaza, termasuk pembentukan unit khusus di Kementerian Pertahanan yang ditugaskan menjalankan skenario tersebut. Langkah itu memicu kecurigaan mendalam bahwa gencatan senjata hanya akan menjadi alat jeda untuk strategi yang lebih besar: pemusnahan identitas Palestina di Gaza.

Seperti dikutip dari Al Jazeera, koresponden Nour Odeh menilai usulan pelucutan senjata tidak realistis karena tidak disertai komitmen politik untuk mengakhiri perang. “Selama Israel masih berbicara soal pembersihan etnis di Gaza, tak masuk akal bila ada kelompok Palestina yang bersedia menyerahkan senjata tanpa ada kepastian politik,” kata Odeh.

Hamas telah mengajukan balasan bahwa mereka bersedia membebaskan semua tawanan Israel secara sekaligus, asalkan Israel menarik mundur pasukannya dari Gaza dan menghentikan perang secara permanen.

Namun hingga kini, tidak ada titik temu yang jelas. Perundingan di Kairo yang digelar Senin lalu berakhir tanpa terobosan berarti. Sementara itu, serangan Israel terus berlangsung sejak memutus gencatan sebelumnya pada 18 Maret lalu.

Menurut otoritas kesehatan Gaza, lebih dari 1.500 warga Palestina tewas sejak pertempuran kembali pecah. Total korban tewas kini mencapai sedikitnya 50.983 jiwa, dengan lebih dari 116 ribu lainnya terluka. Blokade total yang diterapkan Israel sejak agresi terbaru membuat Gaza memasuki masa kelam penuh penderitaan.

Lebih dari separuh populasi kembali mengungsi. Akses bantuan tersendat. Kelaparan dan ketakutan membayangi warga sipil yang bertahan di tengah reruntuhan dan gempuran tanpa henti.

Sementara diplomasi terus berjalan di meja negosiasi, kondisi kemanusiaan di Gaza semakin memburuk. Harapan akan perdamaian pun makin menjauh. (#)

error: Content is protected !!