Pohon Putat di Bundaran Ciater, Simbol Ciputat Wajib Dijaga dan Dilestarikan
“Pohon Putat bukan hanya tanaman kota, tapi saksi sejarah Ciputat,” — Hendra, warga Ciputat.

Karonesia.com | Editor: Lingga
Copyright © KARONESIA 2025
Tangerang Selatan (KARONESIA.COM) – Pohon Putat yang tumbuh menjulang di Bundaran Ciater, Ciputat, Tangerang Selatan, bukan hanya pelengkap lanskap kota. Bagi warga Ciputat, pohon ini menyimpan makna historis sekaligus menjadi simbol jati diri wilayah mereka.
Nama Ciputat diyakini berasal dari gabungan kata “Ci” yang berarti sungai, dan “Putat” yang merujuk pada jenis pohon bernama ilmiah Planchonia valida, yang dahulu tumbuh subur di sepanjang aliran sungai kawasan tersebut.
Keberadaan pohon Putat di bundaran itu kini menjadi ikon yang menyambut siapa pun yang melintasi jalur utama menuju Gedung Pemerintah Kota Tangerang Selatan. Letaknya yang strategis, di antara lalu lintas padat dan gerbang aktivitas pemerintahan, menjadikan pohon ini pusat perhatian banyak orang.

Gambar: Pohon Putat berdiri di tengah Bundaran Ciater, Ciputat, ikon lokal kebanggaan warga Tangerang Selatan.
Warga menaruh harapan besar agar pemerintah menjaga eksistensi pohon tersebut. Mereka menyuarakan keinginan kuat agar tidak ada penggantian ataupun pemindahan pohon dengan elemen dekoratif baru atas nama estetika atau revitalisasi kawasan.
“Saya besar di Ciputat, dari kecil sudah tahu bahwa Putat itu bagian dari sejarah kita. Kalau pohon ini diganti dengan patung atau ornamen modern, Ciputat kehilangan ruhnya,” ungkap Danni (27), warga RT 03/RW 018, Kel Serua, Senin (07/04/2025).
Senada dengan Hendra, seorang pemuda lokal, Haryadi (28), menganggap keberadaan pohon Putat menjadi pembeda Ciputat dari kawasan lain. Ia menyebut pohon tersebut sebagai pengingat akan pentingnya menjaga keseimbangan antara pembangunan dan pelestarian lingkungan serta budaya.
“Pembangunan boleh terus jalan, tapi jangan sampai mengorbankan simbol sejarah. Pohon Putat ini punya cerita. Kita enggak boleh lupa asal usul,” ucap Haryadi saat ditemui usai pulang kerja.l, diprapatan lampu merah.
Sementara itu, seorang ibu rumah tangga, Nurhayati (45), berharap pohon ini bisa lebih dipromosikan sebagai bagian dari edukasi budaya lokal bagi generasi muda. Ia mengusulkan agar dibuatkan papan informasi yang menjelaskan sejarah dan makna dari pohon Putat agar masyarakat, terutama generasi milenial, tidak sekadar melihatnya sebagai tanaman kota biasa.
“Banyak anak muda sekarang enggak tahu arti Ciputat itu apa. Padahal, pohon ini bisa jadi sarana belajar tentang sejarah kampung kita,” ujarnya.
Sejauh ini, Pemerintah Kota Tangerang Selatan belum mengeluarkan kebijakan apa pun terkait pohon tersebut. Namun, harapan warga yang terus disuarakan menjadi isyarat bahwa pelestarian elemen lokal seperti pohon Putat bukan sekadar keinginan individu, tetapi bagian dari gerakan kolektif warga yang ingin menjaga identitas kotanya.
Pohon Putat di Bundaran Ciater bukan hanya penanda geografis, tetapi juga pengikat emosional yang menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan Ciputat. Menjaga pohon ini tetap tumbuh adalah bentuk penghormatan terhadap sejarah, budaya, dan kearifan lokal yang tumbuh bersama masyarakatnya. (#)