Pilkada Serentak 2024, Banten Butuh Figur Gubernur Yang Gak Biasa

Oleh Yakub F. Ismail

KAROnesia.com, Tangerang – Pilkada serentak 2024 di Provinsi Banten akan segera dilaksanakan, menandai momentum penting dalam pesta demokrasi bagi masyarakat untuk memilih pemimpin yang akan melayani mereka di masa mendatang.

Provinsi Banten, meskipun tidak kaya akan sumber daya mineral seperti daerah lain, memiliki potensi pertanian yang besar dan terletak strategis di sekitar Jabodetabek, menjadikannya salah satu wilayah dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat dalam beberapa dekade terakhir.

Masalah Utama yang Dihadapi

Salah satu tantangan utama yang dihadapi Banten adalah angka ketenagakerjaan. Menurut Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari 2024, terdapat 6,05 juta pekerja di Banten, mengalami penurunan sebesar 53,63 ribu orang dibandingkan Februari 2023.

Selain itu, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) turun 1,00 persen poin dari tahun sebelumnya, sementara jumlah penduduk yang bekerja meningkat sebanyak 8,03 ribu orang dibanding tahun lalu, dengan sektor Pendidikan mencatat peningkatan terbesar, yaitu 78,93 ribu orang.

Data juga menunjukkan bahwa 2,83 juta orang atau 50,27 persen dari angkatan kerja bekerja pada sektor formal, mengalami penurunan sebesar 3,27 persen poin dibanding Februari 2023. Selain itu, persentase pengangguran setengah waktu meningkat 3,23 persen poin, sedangkan pekerja paruh waktu turun 0,30 persen poin dari tahun sebelumnya.

Baca Juga :  Korem 073/Mkt Gelar Coffe Morning Dengan Awak Media

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Februari 2024 mencapai 7,02 persen, menunjukkan penurunan sebesar 0,95 persen poin dari tahun sebelumnya. Meskipun demikian, data ini belum sepenuhnya mencerminkan kondisi ketenagakerjaan di Banten secara komprehensif, seperti yang dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Banten.

Menurut Kepala BPS Banten, Faizal Anwar, jumlah angkatan kerja mencapai 6,05 juta orang, dengan 5,63 juta orang bekerja dan tingkat pengangguran terbuka sebesar 7,02 persen. “Terjadi penurunan angka pengangguran sebesar 0,95 persen atau 61.000 orang dibanding tahun sebelumnya. Sedangkan penyerapan tenaga kerja selama satu tahun terakhir mencapai 28,03 ribu orang. Dari total 5,63 juta pekerja, sebanyak 2,83 juta orang atau 50,27 persen bekerja pada sektor formal.” jelasnya.

“TPT laki-laki pada Februari 2024 mencapai 6,95 persen, lebih rendah dari TPT perempuan sebesar 7,14 persen. Dilihat dari tempat tinggal, tingkat pengangguran di perkotaan sebesar 7,09 persen, sedangkan di daerah perdesaan sebesar 6,78 persen.” tambahnya.

“Dibandingkan Februari 2023, TPT di perkotaan dan perdesaan mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,96 persen dan 0,95 persen,” ucap Faizal.

Banten menempati peringkat pertama dengan tingkat pengangguran terbuka tertinggi yaitu 7,02 persen per Februari 2024, diikuti Kepulauan Riau dengan 6,94 persen, Jawa Barat dengan 6,91 persen, Jakarta dengan 6,03 persen, dan Papua Barat Daya dengan 6,02 persen.

Baca Juga :  Yakub Ismail Jagokan Khofifah di Pilgub Jawa Timur

Pemimpin Ideal

Dalam menghadapi permasalahan ini, penting bagi masyarakat Banten untuk memilih pemimpin yang memiliki pemahaman mendalam tentang kondisi daerah saat ini dan memiliki keberanian politik untuk mengatasi tantangan ini. Kualifikasi dan rekam jejak kandidat perlu dipertimbangkan dengan baik, karena pilihan yang tepat akan berdampak besar pada masa depan lima tahun mendatang.

Pemimpin yang terpilih harus memiliki wawasan yang luas mengenai potensi dan permasalahan di Banten, serta kemampuan kepemimpinan dan manajerial yang baik untuk mengelola sumber daya alam dan manusia di provinsi ini. Yang tidak kalah pentingnya adalah integritas, karena masalah integritas telah menjadi perhatian utama dalam kepemimpinan di masa lalu.

Masyarakat Banten memiliki tanggung jawab besar dalam menentukan arah provinsi mereka dengan memilih pemimpin yang mampu memimpin dengan baik dan berintegritas. Pilihan yang tepat akan membawa Banten menuju kemajuan dan kesejahteraan, sementara pilihan yang kurang tepat dapat mengakibatkan kemunduran dan ketidakberdayaan dalam menghadapi tantangan yang ada. (@2024/red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *