Tangerang Selatan, KARONESIA.com | Di sebuah ruang praktik kuliner di Kampus Universitas Pradita, aroma wangi bolu baru keluar dari oven bercampur dengan rasa pedas stik renyah berbahan dasar lele. Bukan sekadar eksperimen dapur, kegiatan ini menjadi bukti nyata bahwa kemandirian ekonomi bisa dimulai dari kreativitas sederhana yang dibungkus dengan visi besar.
Gerakan Cinta Prabowo (GCP), bersama Universitas Pradita Prodi Pariwisata dan Tataboga, Gerakan Aksi Ekonomi Masyarakat Sejahtera (Gerak Emas), dan Pokdarwis Satupam Pamulang Timur, berkolaborasi menciptakan dua produk inovatif: Bolu Lele (Bole) dan Stikles (Stik Lele Pedas).
Keduanya menjadi simbol hilirisasi pangan lokal yang dikembangkan dari potensi budidaya ikan lele, komoditas yang sering dipandang sebelah mata, namun menyimpan potensi ekonomi besar jika diolah dengan tepat.

“Ini bukan sekadar produk kuliner. Ini adalah langkah kecil menuju perubahan besar,” ujar Rahmat Daeng, penggerak utama Gerakan Cinta Prabowo, kepada wartawan, Jumat (17/10/2025).
Menurutnya, GCP sejak awal berdiri tidak hanya bergerak di ranah sosial-politik, tetapi juga mengembangkan program pemberdayaan ekonomi masyarakat yang konkret dan berkelanjutan.
“Kami ingin masyarakat bisa berdiri di atas kakinya sendiri. Inovasi seperti Bolu Lele ini bukti bahwa ide kecil bisa menggerakkan ekonomi, asal dilakukan dengan semangat kolaborasi,” kata Rahmat Daeng menegaskan.

Ia menilai, hilirisasi menjadi jembatan penting antara sektor produksi rakyat dan pasar modern. Melalui kolaborasi dengan perguruan tinggi seperti Universitas Pradita, ide tersebut diterjemahkan menjadi praktik nyata yang menggabungkan sains, kreativitas, dan cita rasa lokal.
Program yang diikuti oleh 12 peserta dari berbagai latar belakang komunitas ini juga mendapat dukungan teknis dari akademisi Prodi Tataboga. Mereka mengajarkan teknik pengolahan, pengemasan, hingga strategi pemasaran berbasis digital agar produk hasil inovasi ini mampu bersaing di pasar.
Di balik kegiatan ini, tersimpan gagasan besar GCP untuk mendorong ekonomi masyarakat dari bawah. Rahmat Daeng menyebutnya sebagai “revolusi dapur” — konsep sederhana namun berdampak, di mana perempuan, UMKM, dan komunitas lokal menjadi motor penggerak kemandirian ekonomi.
Kini, produk Bolu Lele dan Stikles tengah dalam proses pengembangan menuju sertifikasi dan produksi komersial. Targetnya, dua produk itu akan menjadi oleh-oleh khas Tangerang Selatan yang tidak hanya lezat, tetapi juga membawa pesan kebangkitan ekonomi rakyat.
Dalam pandangan GCP, hilirisasi pangan lokal bukan proyek sesaat, melainkan gerakan sosial berkelanjutan yang menghubungkan antara inovasi, pemberdayaan, dan keberlanjutan ekonomi masyarakat.
“Prabowo selalu bicara tentang kemandirian bangsa. Kami mencoba menerjemahkan semangat itu dalam skala mikro di dapur, di UMKM, di komunitas warga,” tutur Rahmat Daeng menutup perbincangan.
Lewat inisiatif ini, GCP menunjukkan bahwa revolusi ekonomi tidak selalu dimulai dari pabrik besar atau kebijakan negara. Kadang, ia berawal dari dapur sederhana, di mana ide dan cita rasa bersatu menjadi energi perubahan.(*)

Editor: Lingga
© KARONESIA 2025
Link: https://karonesia.com/ekonomi/dari-kolam-ke-industri-kreatif-gcp-dan-pradita-bangun-model-hilirisasi-ekonomi-warga/