KARONESIA.COM | Kab Tangerang – Udara pagi yang biasanya menyegarkan berubah menjadi kabut pekat berbau menyengat di lingkungan Cluster Safira Karawaci, Kecamatan Curug, Kabupaten Tangerang. Warga di kawasan perumahan yang baru dihuni sejak awal tahun ini merasakan keresahan yang makin menguat dari hari ke hari. Asap yang diduga berasal dari aktivitas pengolahan limbah plastik mengganggu kenyamanan sekaligus memunculkan kekhawatiran serius terhadap kesehatan, terutama bagi anak-anak.
Keluhan ini bukan sekadar gangguan sementara. Sejumlah warga menyebut, polusi udara terjadi hampir tanpa jeda, 24 jam penuh, disertai bau tajam yang menusuk hidung dan menimbulkan rasa sesak. “Saya pernah terpaksa keluar rumah tengah malam karena tidak kuat dengan baunya,” ungkap Soleh, Sabtu (10/05/2025).
Perumahan yang menjadi bagian dari Aryana Karawaci ini memang belum sepenuhnya ditempati. Dari ratusan unit yang bangun pihak pengembang, baru sekitar 100 rumah yang dihuni. Namun, gangguan dari polusi asap telah membuat sebagian calon penghuni memilih menunda bahkan membatalkan niat mereka menempati rumah impian.
Dalam situasi tersebut, pihak developer menunjukkan respons yang cukup sigap. Setelah menerima keluhan warga, pengembang secara aktif menjalin komunikasi dengan pihak kelurahan dan kecamatan. Mediasi pun telah difasilitasi dengan menghadirkan perwakilan warga, pemerintah setempat, dan pihak pengembang. Langkah ini menjadi awal penting menuju penyelesaian yang berpihak pada kenyamanan warga.
“Alhamdulillah, pengembang menanggapi cepat. Mereka menyampaikan aspirasi kami ke instansi terkait. Sudah ada pertemuan dengan pihak kecamatan,” kata salah satu warga lainnya.
Namun demikian, tanggapan dari pemerintah dinilai masih belum konkret. Saran untuk “hidup berdampingan sementara waktu” justru dinilai tidak sejalan dengan kebutuhan dasar masyarakat. “Kami beli rumah untuk mendapatkan kenyamanan. Udara bersih itu hak kami sebagai warga negara,” ujarnya.
Menyadari kompleksitas persoalan, warga tidak serta-merta menuntut langkah sepihak. Mereka mendorong adanya inspeksi dari dinas lingkungan hidup dan kesehatan, serta memastikan tidak ada pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku. Sebagian besar warga juga menyampaikan harapan agar pengembang dapat terus berperan sebagai penghubung antara masyarakat dan otoritas.
“Yang kami harapkan sederhana, solusi nyata, bukan janji. Kami juga percaya, tidak ada yang mau dirugikan. Jika pengelola aktif menjembatani, maka penyelesaian yang adil bisa ditemukan,” tutur warga lain.
Kekhawatiran warga Cluster Safira Karawaci adalah cermin dari kebutuhan akan pengelolaan lingkungan yang berkeadilan. Di satu sisi, aktivitas industri seperti pengolahan limbah memang memiliki peran ekonomi. Namun, keberadaannya harus memperhatikan aspek tata ruang dan kesehatan publik, terutama jika berada dekat kawasan hunian.
Pengembang perumahan, yang dalam kasus ini menunjukkan itikad baik, diharapkan terus berada di garis depan dalam upaya penyelesaian. Kepedulian mereka terhadap kenyamanan dan kesehatan penghuni menjadi kunci penting dalam menjaga reputasi kawasan dan kelangsungan hunian jangka panjang.
Warga pun tidak menuntut lebih. Mereka hanya ingin udara bersih. Sebuah hak yang semestinya tak perlu diperjuangkan. (#)
Editor: Lingga
Copyright © KARONESIA 2025