APINDO Nilai IEU-CEPA Jadi Game-Changer Ekonomi Indonesia

Jakarta, KARONESIA.COM | Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) menyambut baik tercapainya penyelesaian substansial Perundingan Indonesia–European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) setelah hampir sepuluh tahun perundingan berjalan.

Ketua Umum APINDO, Shinta W. Kamdani menegaskan, kesepakatan ini bukan sekadar pencapaian diplomasi perdagangan, tetapi juga tonggak penting yang diyakini mampu membuka babak baru hubungan ekonomi Indonesia–Uni Eropa. Menurutnya, IEU-CEPA diharapkan memberikan dampak nyata terhadap daya saing usaha, peningkatan investasi, dan akses yang lebih luas, tidak hanya bagi perusahaan besar, tetapi juga pekerja profesional.

Dalam forum Indonesia-European Union Business Outlook: Harnessing The Benefits of the IEU CEPA for Future Prospects and Mutual Growth di Bali, Selasa (23/9/2025), hadir pula Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Airlangga Hartarto serta EU Commissioner for Trade and Security Maroš Šefčovič.

Shinta menyebut, IEU-CEPA adalah “game-changer” yang menandai transisi Indonesia dari “potential economy” menuju “performance economy”. Perjanjian ini lahir dari proses panjang policy convergence yang melibatkan pemerintah, dunia usaha, dan pemangku kepentingan lainnya.

Dunia usaha memandang IEU-CEPA sebagai instrumen strategis untuk memperluas akses ekspor, menarik arus investasi, serta memperkuat daya saing industri nasional. Pada 2024, ekspor Indonesia ke Uni Eropa mencapai USD 17,34 miliar tanpa kerangka preferensi khusus. Dengan diberlakukannya IEU-CEPA, hampir semua hambatan tarif akan dihapus.

Proyeksi menunjukkan nilai perdagangan bilateral dapat melonjak hingga USD 60 miliar, dengan volume ekspor Indonesia meningkat lebih dari 50% dalam 3–4 tahun mendatang. Indonesia juga akan memperoleh akses penuh ke pasar Eropa, sementara Uni Eropa mendapat peluang lebih besar di pasar Indonesia dengan lebih dari 270 juta konsumen.

Selain itu, IEU-CEPA diperkirakan menambah pertumbuhan PDB Indonesia sebesar 0,19% dan mendorong peningkatan investasi asing langsung (FDI) hingga 0,42%. Sejumlah sektor unggulan seperti minyak sawit, tekstil, alas kaki, perikanan, hingga jasa profesional berpeluang lebih luas di pasar Eropa. Sementara Uni Eropa akan fokus pada sektor prioritas nasional seperti energi terbarukan, kendaraan listrik, farmasi, semikonduktor, dan agrikultur berkelanjutan.

Menurut Shinta, yang diharapkan bukan sekadar modal, melainkan investasi berkualitas yang membawa transfer teknologi, pengetahuan, dan peningkatan keterampilan tenaga kerja Indonesia. Ia menegaskan manfaat IEU-CEPA harus melampaui keuntungan finansial jangka pendek.

Namun, APINDO mengingatkan perlunya kesiapan nasional. Survei internal mencatat 79% pelaku usaha Indonesia belum memanfaatkan perjanjian perdagangan bebas atau CEPA karena keterbatasan informasi, kapasitas teknis, dan strategi nasional yang belum terintegrasi.

“Jika salah satu elemen absen, seluruh potensi bisa runtuh. APINDO siap bekerja bersama pemerintah, mitra Eropa, dan masyarakat sipil untuk memastikan IEU-CEPA benar-benar menjadi katalis pertumbuhan ekonomi yang inklusif, hijau, dan berkelanjutan,” kata Shinta.

APINDO juga menyoroti tiga harapan utama dalam implementasi perjanjian ini. Pertama, akses pasar yang kompetitif agar Indonesia mampu bersaing dengan negara lain seperti Vietnam. Kedua, dukungan dalam standar pasar dan conformity assessments karena standar Uni Eropa dikenal ketat dan mahal. Ketiga, perlindungan bagi UMKM serta petani kecil agar tetap bisa menembus pasar Eropa di tengah regulasi keberlanjutan seperti CBAM, Deforestation Regulation, dan Green Deal.

Dengan selesainya perundingan, IEU-CEPA dipandang sebagai awal perjalanan baru. “Kesepakatan ini bukan hanya soal perdagangan. IEU-CEPA adalah jembatan menuju masa depan, di mana perdagangan, investasi, dan transfer teknologi berjalan beriringan untuk kesejahteraan bersama,” pungkas Shinta.(*)

Editor: Lingga
© KARONESIA 2025