Serang, (KARONESIA.COM) – Dalam rangka mempercepat pembangunan ekonomi di Provinsi Banten, terutama wilayah Banten Selatan, Bank Indonesia (BI) dan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menggelar diskusi ekonomi akhir tahun bertajuk “Revitalisasi Ekonomi Banten melalui Pengembangan Wilayah Selatan”, Kamis (05/12/2024).
​Diskusi ini bertujuan untuk menggali potensi kawasan Banten Selatan, yang meliputi Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak, sebagai pusat pertumbuhan ekonomi dan industri baru.
Ketua DPP Apindo Banten, Yakub F. Ismail, mengungkapkan bahwa Banten Selatan memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah. Namun, ia menilai kawasan ini belum optimal dikelola untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan industri. “Banten Selatan tidak kekurangan apa pun untuk menjadi sentra pertumbuhan ekonomi. Namun, potensi tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal,” kata Yakub dalam paparannya, Kamis (5/12/2024).
Yakub mengidentifikasi sejumlah kendala yang menghambat pengembangan Banten Selatan, mulai dari kebijakan daerah yang belum mendukung, kurangnya kepastian hukum bagi investor, hingga masalah infrastruktur yang terbatas. Menurutnya, untuk menarik investor, diperlukan insentif fiskal, kemudahan perizinan, dan stabilitas kebijakan yang jelas.
“Pemkab Pandeglang dan Lebak belum menunjukkan political will yang cukup kuat untuk menarik investasi. Padahal, Banten Selatan memiliki semua prasyarat untuk berkembang, jika pemerintah daerah mampu menyediakan iklim yang mendukung,” tambah Yakub.
Selain itu, Yakub juga menyoroti pentingnya kepastian hukum dalam dunia usaha. Ia menyebutkan berbagai masalah yang pernah terjadi, seperti kebijakan suplai gas yang mandek dan kesulitan pelaku usaha dalam mencari alternatif sumber energi, sebagai tantangan besar dalam menciptakan iklim investasi yang stabil.
Yakub juga menggarisbawahi pentingnya pengembangan infrastruktur dasar, seperti akses jalan, jaringan telekomunikasi, kelistrikan, dan pasokan air bersih. Infrastruktur yang memadai akan mempercepat distribusi barang dan jasa, serta menurunkan biaya produksi, yang pada gilirannya akan menciptakan iklim usaha yang sehat dan kompetitif.
Tantangan dan Peluang
Meskipun Banten Selatan memiliki banyak potensi, sejumlah tantangan masih harus diatasi. Yakub menyoroti keterbatasan infrastruktur sebagai hambatan utama bagi akselerasi pengembangan kawasan ini. “Tanpa infrastruktur yang memadai, sulit untuk mengembangkan industri dan ekonomi kawasan ini,” ujarnya.
Selain itu, Yakub juga menekankan perlunya pengembangan industri padat modal di kawasan ini. Saat ini, sebagian besar wilayah Banten Selatan masih bergantung pada sektor pertanian, perkebunan, pariwisata, dan perikanan. Namun, untuk mendorong kemajuan ekonomi yang lebih signifikan, perlu ada dorongan untuk mengembangkan industri padat modal yang dapat menyediakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan daerah.
Yakub juga menyatakan bahwa kebijakan investasi yang ramah usaha menjadi kunci dalam menggairahkan perekonomian Banten Selatan. Pemerintah daerah diharapkan dapat menciptakan kebijakan yang lebih mendukung investor, seperti kemudahan perizinan dan pemberian insentif, agar sektor bisnis bisa tumbuh dengan pesat.
Keterlibatan Pihak Terkait
Diskusi ini juga dihadiri oleh sejumlah pembicara penting, termasuk Kepala Pusat Pengembangan Infrastruktur Wilayah II Kementerian Pekerjaan Umum, Perwakilan Bank Indonesia Banten, serta Kepala Bappeda Banten dan Ketua ISEI Banten, H.E.R. Taufik. PJ Gubernur Banten, Al Muktabar, yang membuka acara ini, menyatakan pentingnya sinergi antara pemerintah daerah, BI, dan Apindo untuk mendorong pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan di Banten Selatan. (@2024)