Tangerang Selatan (KARONESIA.COM) – Kekacauan yang melanda Pasar Ciputat selama bertahun-tahun menjadi tantangan serius bagi Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Pemkot Tangsel) di bawah kepemimpinan Wali Kota Benyamin Davnie dan Wakil Wali Kota Pilar Saga Ichsan. Pasar yang dahulu menjadi pusat aktivitas ekonomi kini mencerminkan wajah kota yang semrawut, dengan pedagang kaki lima (PKL) menjamur di luar gedung pasar megah yang telah disediakan.
Kondisi ini tidak hanya merugikan warga dan pengguna jalan, tetapi juga para pedagang resmi berdagang di dalam gedung. Mereka mendesak Pemkot Tangsel untuk segera bertindak tegas menyelesaikan permasalahan ini tanpa mengorbankan mata pencaharian mereka.
Saat ini, kawasan Pasar Ciputat tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya. Trotoar yang dirancang untuk pejalan kaki dipenuhi oleh lapak PKL, sementara badan jalan yang seharusnya menjadi jalur kendaraan berubah menjadi tempat jualan, mengakibatkan kemacetan parah di jam sibuk.
“Trotoar dipakai PKL, jalanan penuh pembeli. Kami yang berjualan di dalam gedung merasa diabaikan. Pembeli malas masuk karena aksesnya sulit,” keluh Rahman, pedagang bumbu dapur di lantai satu gedung pasar, Jumat (03/01/2025).
Hal serupa disampaikan Ibu Sri, pedagang minuman di dalam pasar. “Ironisnya, banyak kios di dalam gedung pasar yang kosong. Ini membuat kami yang berdagang di dalam merasa dirugikan,” katanya.
Pedagang dan warga kini menantikan ketegasan Pemkot Tangsel dalam menertibkan PKL. Kebijakan ini dianggap sebagai kunci untuk mengembalikan fungsi pasar sekaligus meningkatkan kesejahteraan pedagang.
“Kami mendukung penertiban, tapi harus ada solusi bagi PKL. Jangan hanya memindahkan mereka tanpa memperbaiki fasilitas di dalam gedung,” ujar Ibu Sembiring, pedagang sayuran yang berjualan di trotoar.
Pemkot Tangsel perlu menunjukkan komitmen nyata dengan penegakan aturan yang berpihak pada kepentingan bersama. Penertiban harus disertai perbaikan fasilitas pasar, seperti kebersihan, ventilasi, dan tata kelola yang lebih baik, agar para pedagang merasa nyaman berjualan di dalam gedung.
Langkah tegas Pemkot sebaiknya diimbangi dengan solusi berimbang. Pembenahan fasilitas dan promosi pasar modern bisa menjadi langkah awal. Selain itu, komunikasi aktif dengan para pedagang sangat diperlukan untuk memastikan kebijakan yang diambil tidak menimbulkan konflik sosial.
“Kalau fasilitas di dalam pasar ditingkatkan, kami pasti mau pindah. Selama ini, pembeli lebih memilih belanja di luar karena akses lebih mudah,” ujar Erwin, salah satu PKL yang kini berjualan di trotoar.
Penataan kembali Pasar Ciputat diyakini akan memberikan dampak ekonomi dan sosial yang signifikan. Pasar yang tertib dan terorganisasi mampu menarik lebih banyak pembeli, meningkatkan pendapatan pedagang, dan mengoptimalkan potensi retribusi pasar sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Selain itu, warga sekitar juga akan merasakan manfaat berupa lingkungan yang lebih bersih, nyaman, dan tertib. “Kami ingin pasar ini jadi lebih baik, bukan hanya untuk pedagang, tapi juga untuk pembeli seperti kami,” kata Rini, warga Ciputat yang kerap berbelanja di pasar tersebut.
Ketegasan Pemkot Tangsel dalam menata Pasar Ciputat bukan sekadar persoalan tata ruang, tetapi juga cermin keberpihakan kepada kepentingan umum. Dengan kebijakan yang berimbang, penegakan aturan, dan pembenahan fasilitas, pasar ini berpotensi menjadi ikon ekonomi Tangerang Selatan yang tertib dan modern.
Kini, harapan besar tertuju pada realisasi kebijakan ini. Apakah Pemkot Tangsel mampu menjawab tantangan dan mengubah wajah Pasar Ciputat? Waktu akan menjadi saksi atas langkah mereka.
Pantauan media dilokasi, terlihat pembenahan lapak jualan di lantai dua di Gedung Pasar Ciputat sudah mencapai progres penyelesaian dan terlihat rapi termasuk sumber air bersih dan fasilitas lainnya. (@2025)
