Desa Berastepu: Desa yang Ditinggalkan, Kenangan yang Terus Hidup

Kab Karo, (KARONESIA.COM) – Desa Berastepu, yang dulunya menjadi tempat tinggal ratusan keluarga di kaki Gunung Sinabung, kini hanya menyisakan kenangan pahit. Sejak erupsi gunung tersebut mulai terjadi pada 2010, desa ini resmi menjadi zona merah dan ditinggalkan warganya.

Sebagai salah satu desa terdampak langsung, Berastepu menyaksikan dampak destruktif abu vulkanik, material panas, dan lahar dingin yang menghancurkan kehidupan sehari-hari. Aktivitas vulkanik Sinabung tidak hanya memaksa warganya meninggalkan rumah dan ladang, tetapi juga menghancurkan tatanan sosial yang telah terbangun selama puluhan tahun.

Berdasarkan pengamatan, rumah-rumah yang sebelumnya berdiri kokoh kini terlihat rapuh, ditinggalkan oleh penghuninya tanpa ada yang mampu melawan kehendak alam. Puing-puing bangunan dan ladang yang tertutup abu vulkanik menjadi simbol kehancuran yang sulit dipulihkan.

Baca Juga :  Kodam IV/Diponegoro Gelar Shalat Idul Adha 1445 H Bersama Masyarakat

Antara Keselamatan dan Kenangan

Relokasi menjadi solusi pemerintah untuk menyelamatkan warga Berastepu dari bahaya yang terus mengintai. Program ini membawa sebagian besar warga ke kawasan Siosar, tempat hunian tetap yang dibangun dengan fasilitas dasar untuk memulai kehidupan baru. Namun, bagi sebagian warga, meninggalkan Berastepu adalah keputusan berat.

“Sulit bagi kami meninggalkan desa ini, tetapi kami tidak punya pilihan. Nyawa lebih berharga daripada bertahan di tempat yang terus dilanda bahaya,” ungkap salah seorang warga asal Berastepu.

Namun, tidak semua warga sepenuhnya meninggalkan desa. Beberapa orang masih nekat kembali untuk memeriksa ladang atau rumah yang mereka tinggalkan, meski telah dilarang oleh pihak berwenang. Mereka mengaku terikat secara emosional dengan tanah kelahiran mereka dan berharap suatu hari desa itu bisa kembali dihuni.

Baca Juga :  Dandim 0621/Kab Bogor Tinjau Dampak Angin Puting Beliung di Desa Cimayang

Potret Kehidupan Pasca Relokasi

Proses relokasi tidak selalu berjalan mulus. Meski hunian baru di Siosar dirancang untuk memberikan rasa aman, tantangan tetap muncul, mulai dari sulitnya mencari mata pencaharian hingga adaptasi sosial di tempat baru. Banyak warga yang sebelumnya bertani harus beralih ke pekerjaan lain yang belum tentu sesuai dengan keterampilan mereka.

Di sisi lain, erupsi Gunung Sinabung terus mengingatkan kita akan risiko besar yang harus dihadapi masyarakat di kawasan rawan bencana. Desa Berastepu kini menjadi monumen bisu yang menggambarkan perjuangan manusia melawan kekuatan alam.

Baca Juga :  Kirab Budaya Adat, Gus Halim: Pelestarian Adat Budaya Percepat Pembangunan Desa

Pemerintah dan para ahli geologi terus memantau aktivitas Gunung Sinabung, yang hingga kini masih berstatus aktif. Dalam situasi ini, upaya mitigasi menjadi fokus utama untuk mencegah korban jiwa dan kerugian yang lebih besar.

Desa Berastepu bukan hanya tentang kehancuran fisik, tetapi juga cerita tentang kehilangan, adaptasi, dan harapan. Di balik reruntuhan desa yang kosong, terdapat semangat warganya yang terus berjuang untuk bangkit meskipun meninggalkan tanah yang mereka cintai. (@2025)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *